Katakana adalah salah satu daripada tiga cara penulisan bahasa Jepang.
Katakana biasanya digunakan untuk menulis kata-kata yang berasal dari
bahasa asing yang sudah diserap ke dalam bahasa Jepang (外来語/gairaigo) selain itu juga digunakan untuk menuliskan onomatope dan kata-kata asli bahasa Jepang, hal ini hanya bersifat penegasan saja.
Minggu, 31 Maret 2013
Hiragana
by Unknown
Hiragana (ひらがな、平仮名) adalah suatu cara penulisan bahasa Jepang dan mewakili sebutan sukukata. Pada masa silam, ia juga dikenali sebagai onna de (女手) atau 'tulisan wanita' karena biasa digunakan oleh kaum wanita.
Kegunaan Hiragana
- menulis akhiran kata (okurigana, 送り仮名). Contoh: okuru (mengirim) ditulis: 送る. Yang bercetak tebal itulah okurigana.
- menulis kata keterangan (adverb), beberapa kata benda (noun) dan kata sifat (adjektif).
- perkataan-perkataan yang penulisan Kanji-nya tidak diketahui atau sudah lama tidak digunakan.
- menulis bahan bacaan anak-anak seperti buku teks, animasi dan komik (manga).
Huruf Hiragana :
Kerajaan Aceh
by Unknown
Wilayah Kekuasaan Kerajaan Aceh |
Selama pemerintahan, Sultan Alauddin
mengadakan perbaikan kondisi kerajaan dan perluasan wilayah, antara
lain ke Kerajaan Aru. Namun, usahanya untuk merebut Malaka dari
Portugis mengalami kegagalan. Sultan Alauddin juga aktif menyebarkan
pengaruh Islam dengan mengirim banyak ahli dakwah ke Pulau Jawa. Salah
satunya adalah Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati.
Sultan Alauddin wafat, Kerajaan Aceh
Darussalam kembali mengalami kemunduran. Hal ini terjadi akibat
pergolakan politik internal dan pemberontakan yang berlangsung cukup
lama. Kerajaan Aceh Darussalam mengalami perkembangan pesat dan mencapai
masa keemasan pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Kerajaan
Aceh Darussanlam pada saat itu tumbuh menjadi kerajaan besar yang
berhasil menguasai jalur perdagangan alternatif. Keberhasilan ini mampu
menyaingi monopoli perdagangan Portugis di Kerajaan Malaka.
Struktur pemerintahan Kerajaan Aceh
Darussalam dibentuk oleh Sultan Iskandar Muda. Pada dasarnya, struktur
kekuasaan Kerajaan Aceh Darussalam terbagi menjadi dua wilayah, yaitu
kekuasaan oleh kaum bangsawan dan alim ulama. Dalam kekuasaan
kebangsawanan, wilayah Kerajaan Aceh Darusalam terbagi dalam
daerah-daerah kehulubalangan yang dikepalai oleh Uleebalang.
Penganti Sultan Iskandar Muda adalah
menantunya yang bergelar Sultan Iskandar Thani. Ia menjadi raja pada
tahun 1636. Pada masa itu Sultan Iskandar Thani menerapkan kebijakan
yang lebih lunak daripada Iskandar Muda. Hal itu menyebabkan
daerah-daerah taklukan melepaskan diri satu per satu. Pemerintahan
Iskandar Thani tidak berlangsung lama karena meninggal pada tahun 1641.
Pemerintahan Kerajaan Aceh Darussalam akhirnya dilanjutkan oleh putri
Sri Alam Permaisuri, putri Sultan Iskandar Muda, yang bergelar Sultanah
Tajul Alam Safiatuddin Syah (1641-1675M). Sultanah adalah gelar untuk ratu Kerajaan Aceh Darussalam. Selama 59 tahun berikutnya, Kerajaan Aceh Darussalam diperintah oleh ratu.
Setelah Sultan Iskandar Muda meninggal
dunia, secara perlahan Kerajaan Aceh Darussalam mengalami kemunduran.
Hal ini karena raja-raja setelah sultan Iskandar Muda tidak mampu
mempertahankan wilayah Aceh yang sangat luas. Terjadi perpecahan antar
kelompok dalam masyarakat Aceh, yaitu antara golongan ulama (Tengku) dan golongan bangsawan yang lebih dekat dengan penjajahan Kolonial Belanda.