Senin, 01 April 2013

Kerajaan Kutai

Kutai merupakan Kerajaan Hindu paling tua di Indonesia yang berdiri pada tahun 400 M, terletak di daerah Muarakaman tepi Sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Sungai Mahakam sangat besar sehingga dapat dilayari dari pantai hingga masuk ke Muarakaman. Keberadaan Sungai Mahakam ini sangat mendukung kegiatan perdagangan. Sungai Mahakam masih ramai oleh lalu lintas air sejak masa praaksara hingga saat ini.

Bukti Sejarah Kerajaan Kutai

Sumber sejarah Kerajaan Kutai adalah prasasti berbentuk yupa yang ditemukan di daerah Muarakaman. Prasasti itu disebut yupa. Yupa adalah tugu batu peringatan upacara korban sedekah. Di
daerah Muarakaman, ditemukan tujuh yupa. Selain digunakan untuk menambatkan hewan kurban, pada salah satu yupa ditemukan prasasti. 
Huruf yang digunakan dalam prasasti yupa adalah huruf Pallawa dengan bahasa Sanskerta. Berdasarkan bentuk hurufnya, para ahli yakin bahwa yupa dibuat sekitar abad ke-5 M. Ada beberapa informasi yang dapat diperoleh dari prasasti yupa tersebut. Salah satunya adalah prasasti tersebut menyebutkan silsilah raja-raja Kutai.
Prasasti yupa menuturkan bahwa Kudungga merupakan raja pertama Kerajaan Kutai. Ia mempunyai putra bernama Aswawarman. Aswawarman mempunyai tiga anak dan yang terkenal adalah Mulawarman. Nama Aswawarman dan Mulawarman berasal dari bahasa Sanskerta. Di sini tampak adanya penyerapan budaya India oleh Kerajaan Kutai. Sementara nama Kudungga bukan nama Hindu, melainkan nama asli Indonesia.
Prasasti Yupa juga menyebutkan bahwa Yupa didirikan atas perintah Raja Mulawarman. Kudungga bukan pendiri kerajaan, melainkan anaknya yang bernama Aswawarman. Hal itu disebut dalam Wamsakerta atau pendiri keluarga. Diperkirakan Aswawarman lah yang sudah menganut Hindu secara penuh, sedangkan Kudungga belum.

Pemerintahan dan Kehidupan Masyarakat

Raja Mulawarman sebagai raja terbesar di Kutai memeluk agama Hindu-Siwa. Ia sangat dekat dengan kaum Brahmana dan rakyat. Hal ini dibuktikan dengan pemberian sedekah untuk upacara keagamaan. Besarnya sedekah yang diberikan oleh Mulawarman tercantum dalam yupa sebesar 1.000 ekor sapi. Upacara korban sapi ini menunjukkan bahwa rakyat hidup cukup makmur. Kehidupan keagamaan juga dijaga dengan baik. Selain itu, rakyat sangat mencintai rajanya. Kehidupan ekonomi masyarakat diperkirakan mayoritas bertani dan berdagang.
Masyarakat Kutai sebelumnya tidak mengenal kasta. Setelah agama Hindu masuk, mulailah pengaruh kasta terasa dalam lapisan masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan upacara Vratyastoma oleh Kudungga. Vratyastoma merupakan upacara penyucian diri untuk masuk pada kasta kesatria sesuai kedudukannya sebagai keluarga raja.
Kelanjutan Kerajaan Kutai setelah Mulawarman tidak menunjukkan tanda-tanda yang jelas. Pada periode setelah abad V M, Kerajaan Hindu Buddha berkembang di berbagai daerah lain Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa pada fase selanjutnya agama Hindu Buddha berkembang pesat di berbagai daerah Indonesia.

0 komentar:

Posting Komentar